Senin, 09 September 2013

Sebut saja, surat kaleng. (Bagian 2)

Apa berlebihan, jika saya menangis saat mengetik surat kaleng tidak penting ini?

Saya hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini bergumam tak henti difikiran saya tentang mereka. Kecemasan akan hal-hal konyol yang sebenarnya tidak perlu dicemaskan. Itu kehidupan mereka, jadi kenapa saya repot mengurusinya? Kenapa saya tidak diam saja dan berhenti mengurusinya? Apa hidup saya sudah sempurna, sehingga saya memutuskan untuk membuat ini semua?